Webinar ini diselenggarakan oleh Ikatan Alumni STIKes Wira Medika Bali (IKAWIRA) pada tanggal 23 Mei 2020 dan di dukung penuh oleh STIKes Wira Medika Bali dalam upaya peningkatan kesiapsiagaan rumah sakit dalam situasi COVID-19 dan menambah ilmu serta wawasan diseluruh lapisan paramedis tentang Covid-19. Pada acara sambutan dipaparkan oleh Ketua Ikawira Ns I Made Mahardika, S Kep, MM  dan pembukaan dilakukan oleh Ketua STIKes Wira Medika Bali Drs Dewa Agung Ketut Sudarsana, MM  mengatakan dengan adanya pandemi yang melanda bangsa Indonesia saat ini tentunya kita sebagai sekolah tinggi kesehatan dan para alumninya tetap bisa berbagi ilmu serta berusaha melakukan yang terbaik supaya rumah sakit mampu memberi pelayanan yang maksimal. Social Determinants of Health (SDH), diartikan sebagai faktor sosial yang mempengaruhi kesehatan dan dapat dipertimbangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

Webinar kali ini di moderatori oleh Ns. I Made Udayana, SST, SH., S.Kep, M.Kes

(Alumnus STIKes Wira Medika Bali tahun 2014 dan Kepala Seksi Pelayanan Keperawatan Rawat Inap RSUP Sanglah Denpasar) yang diawali dengan paparan yang disampaikan oleh Ns I Ketut Sudiarta, S Kep, M Kep (Alumnus STIKes Wira Medika Bali tahun 2011 dan Perawat Anestesi RSU Surya Husadha Denpasar) dengan memaparkan Peran Manajer Keperawatan dalam Asuhan Keperawatan Pasien Covid 19 dengan Sub Tema “ Manajemen SDM dan Fungsi Pengarahan” Dengan adanya pelayanan kesehatan yang relatif mudah diperoleh, faktor yang mempengaruhi terjadinya penyebaran Covid-19  di Bali berpusat pada perilaku masyarakat dan pemerintah daerah.

Kondisi dimana angka perawatan relatif sudah mulai menurun dibandingkan prevalensi kasus yang terjangkit Covid-19 diawal, tetapi masih terdeteksi adanya covid-19 yang perlu diwaspadai di seluruh wilayah Bali. hal ini dikaitkan dengan beberapa sebab antara lain buruknya skrining penyakit, fasilitas kesehatan yang kurang mampu menampung seluruh populasi yang sakit dan juga keadaan dimana pasien tidak di rawat inap  karena atau memilih bekerja untuk mencari nafkah daripada dirawat di rumah sakit. Untuk memperbaiki kondisi Covis-19, WHO dan Unicef mengusulkan perawatan yang berbasis rawat jalan. Rekomendasi tersebut mempunyai empat komponen, antara lain mobilisasi masyarakat, penemuan penyakit dini sebelum terjadinya komplikasi, perawatan sesuai kebutuhan dan integrasi dengan layanan lain. Pendekatan tersebut sudah terbukti di berbagai negara dapat memperluas cakupan penanganan dan menurunkan mortalitas dikarenakan Covid -19 utamanya dengan WFH ataupun SD.

 

Ns.  Luh Putu Aries Setiawati, S Kep (Alumnus STIKes Wira Medika Bali tahun 2018, Perawat Pencegah & Pengendali RS (IPCN) Komite PPI RSUP Sanglah dan Tenaga Bantuan Kendali Operasi (BKO) Pandemi Covid di Ruang Isolasi Nusa Indah RSUP Sanglah Denpasar), menambahkan bahwa Asuhan Keperawatan Pasien Covid 19 “ penting diperhatikan dengan cara Sharing Pengalaman dalam Merawat Pasien Covid 19 selama menjadi satgas Covid-19. menyampaikan harapan kepada semua pihak, pemerintah dan masyarakat untuk melakukan pencegahan. Menurutnya, satu-satunya upaya melawan COVID-19 dengan pencegahan. Garda terdepan untuk pencegahan yakni masyarakat. Beliau memaparkan perawat, tenaga kesehatan, ada di lini paling belakang, ketika sudah terpaksa terinfeksi, karena memang kita sudah melakukan pencegahan dengan ketat tapi masih dapat terinfeksi. Ia juga meminta teman-temannya sesama perawat mendapatkan alat perlindungan diri (APD) saat bekerja. Selama menangani pasien di rumah sakit, untuk menghindari teman-teman perawat tertular. Aries yang juga pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia untuk wilayah Bali mengharapkan pemerintah terus menjamin APD terstandar selalu tersedia bagi tenaga medis saat mengobati dan merawat pasien COVID – 19. Di sisi lain, ia berterima kasih kepada dukunagn semua pihak, khususnya pemerintah, saat bekerja sebagai perawat di RSUP Sanglah yang memang khusus penanganan penyakit infeksi. Prosedur bekerja pun dijalani, mulai dengan cara penggunaan APD yang tepat.“APD yang lengkap ini dari atas sampai dengan bawah. Jadi, betul-betul harus tertutup,” jelasnya. Tidak hanya pakaian yang aman, tetapi Aries juga menggenakan masker N95 dan kacamata atau google. Apa yang ia kenakan sudah sesuai dengan standar keamanan yang tinggi sehingga mampu terhindar dari keterpaparan virus corona. Dalam memonitor pasien, pihak rumah sakit menggunakan kamera pemantau. Di setiap kamar pasien dilengkapi dengan fasilitas tersebut. “Nah, di sini, kita bisa melihat kondisi pasien dari monitor. Kita bicara ke pasien lewat monitor, ketika misalnya pasien ada butuh apa, nanti ketika masuk, baru kita lakukan perawatan,” katanya. Seiring berjalannya waktu, ia mengaku mengalami banyak kisah suka dan duka. Ia menceritakan salah satunya banyak sekali teman sesama perawat mendapatkan stigma negatif. Ia pun mengulangi harapannya kepada masyarakat untuk bersama-sama mencegah penyebaran COVID-19 ini. Akhir pemaparan kedua pembicara ini disimak dengan baik oleh peserta webinar yang memaparkan beberapa pertanyaan kepada pembicara dan langsung difasilitasi oleh moderator untuk mengklarifikasi semua pertanyaan yang diajukan oleh para peserta webinar Ikawira. (Dew)